Minggu, 30 Desember 2012

Matahai menegelilingi bumi


Innalhamdalillah….. allahummashalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad…

Tulisan ini adalah tanggapan atas tulisan Syamsu Alam Armadansa di http://koreksibuku.blogspot.com/

Dengan mengharap pertolongan Allah swt, semoga diberikan ilmu dan kepahaman dalam agama…. Amiin…
Dalam Alquran memang tidak ada secara dhahir yang menyebutkan bahwa MATAHARI MENGELILINGI BUMI (geosentris), …tetapi, juga tidak ada yang menyebutkan BUMI MENGELILINGI MATAHARI (heliosentris) dan tidak juga menyebutkan bahwa bumi BEREDAR.
Namun kalau dicermati secara mendalam, dalam pandangan saya, lebih dekat pada GEOSENTRIS….
A.    Dalil dari Al Qura’an

a.    Sejauh yang saya ketahui, dalam Al Quran, (dalam permasalahan ini) kata BUMI  berpasangan dengan LANGIT, sementara MATAHARI dengan BULAN…., Dalam teori kesetaraan kalimat, pengelompokan tersebut berdasarkan pada kesamaannya. Dalam hal ini, bumi dan bulan sama-sama beredar, sementara bumi dan langit sama-sama ditahan.  Berangkali kita semua sepakat bahwa LANGIT  itu tidak BERGERAK (diam) dan tidak beredar, sementara bumi kemungkinan diam, kemungkinan juga bergerak, tapi dari segi teori kesetaraan kata, diduga bahwa bumi itu diam sebagaimana langit. Sementara itu, pasangan “matahari-bulan” selalu disebutkan bahwa keduanya bergerak (beredar), dan TIDAK ada satu ayatpun yang menyebutkan BUMI BEREDAR…
Dalil dalam Al Quran yang digunakan adalah :
QS Al Fathir (35) : 41
Sesungguhnya Allah MENAHAN (yumsiku) langit dan bumi supaya TIDAK BERGESER……
Terlepas dari perbedaan penafsiran kata “MENAHAN” dan “TIDAK BERGESER”, apakah maksudnya betul-betul DIAM, atau sebelumnya bumi bergerak lalu ditahan, sehingga diam, atau bumi DITAHAN, sehingga tidak BERGESER dari garis edarnya…..
Baik, perhatikanlah bahwa pada ayat di atas, langit  bergandengan dengan bumi. Jadi jika ditafsirkan bahwa bumi sebelumnya bergerak lalu ditahan supaya diam, atau makna menahan bumi berarti menjaga agar tidak melenceng dari garis edarnya?  Bila titik tinjauan kita terhadap bumi, maka jawabannya bisa ya juga bisa tidak, Nah bagaimana dengan langit?, Berdasarkan teori kesetaraan kata, karena dalam ayat disebutkan Allah subhana wata’ala menahan langit dan bumi, maka bagaimanakah penafsiran “menahan” langit?, apakah menahan langit agar tidak jatuh ke bumi (karena di ayat lain Allah swt menyebutkan langit tidak mempunyai tiang), karena tidak mungkin kita mengatakan bahwa langit itu juga bergerak atau beredar, disamping memang tidak ada ayat yang menyebutkan hal itu, teori astronomi pun tidak.
b.    Al Quran menyebutkan bahwa matahari terbit dari timur dan terbenam di barat…
Kalau dikatakan bahwa ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa matahari yang mengelilingi bumi, apa lagi lebih tidak menunjukkan bahwa bumi mengelilingi matahari.  Ok katakanlah itu menunjukkan  rotasi bumi, renungkanlah, bahwa secara tersendiri, (terlepas dari dugaan), perkataan terbit kemudian terbenam menunjukkan pergerakan, dan terlihat memang bahwa matahai bergerak. Lantas atas dasar apa kita mengatakan bahwa yang berputar itu adalah bumi? Ya tentu dasarnya teori astronomi yang kita pegang sekarang (heliosentris).  Tetapi saya lebih cenderung berpandangan bahwa ayat tersebut lebih condong pada teori geosentris, karena pada dasarnya memang kita lihat (seakan-akan?) pergerakannya dari timur ke barat….fifty-fifty…
c.    Al Quran menyebutkan bahwa yang mempunyai garis  edar hanya matahari dan bulan, sedangkan tidak satupun ayat yang menyebutkan bahwa bumi itu beredar.  Semua sependapat bahwa bulan mengelilingi bumi, hanya permasalahannya, kemana peredaran matahari?, dalam teori astronomi dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi pusat galaksi….., namun anehnya, informasi tentang ini tidak banyak……
d.    QS Al A’raf 24 : Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,…. Ayat ini bisa diterapkan pada teori geosentris, maupun heliosentris.  Secara bahasa, ayat di atas menunjukkan adanya “penutup” dan yang “tertutupi”. Kita tinjau teori geosentris, Yang menyebabkan terjadinya siang, tentu matahari, dan segera diikuti oleh malam yang menutupi siang.  Kata “diikuti menunjukkan adanya pergerakan.  Yang mana yang bergerak ? matahari atau bumi?.... karena malam mengikuti siang, berarti siang itulah yang bergerak duluan, dan “tidak mungkin bagi malam mendahului siang” (Yasin 40), adanya siang karena adanya matahari, maka mataharilah yang bergerak..  Karena bumi bulat serta siang dan malam bergantian, kita simpulkan bahwa matahari menglilingi bumi, Ini dari sisi geosentris.
Dari sisi heliosentris, tentu menyatakan bumi yang berotasi… tetapi dari segi “psikologi bahasa”, istilah “menutupi” bobotnya menjadi “berkurang”, karena seharusnya yang “menutupi” itu yang bergerak, dan dalam posisi ini, bumi yang ditutupi, maka fenomena terjadinya siang dan malam hanya menunjukkan rutinitas pergantian belaka, kurang kuat menunjukkan adanya “kejar mengejar”.

e.     (QS Asy Syams: 1-2). Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengiringinya….
Yang ditekankan di sini adalah “bulan mengiringi matahari….. perhatikan,! Semua sepakat bahwa bulan mengelilingi bumi, lalu kemana perputaran matahari kalau pada saat yang sama bulan MENGIRINGI matahari?, dari segi bahasa, arti kata “mengiringi” berbeda dengan “mengelilingi”, karena mengiringi artinya mengikuti, sementara mengelilingi artinya berputar, maka manakah yang lebih tepat “apakah bulan mengelilingi matahari atau bulan mengiringi matahari?...

Ok, pada teori heliosentris, kalau dikatakan bahwa bumi dan bulan sama-sama mengelilingi matahari, untuk “mencocokkan” bahwa bulan mengiringi matahari, …. tetapi kalau kita menganalisis dengan pendekatan teori kesetaraan kata, pergerakan bulan ini, tidak langsung mengelilingi matahari, karena bulan adalah “ajudan”  bumi sementara bumi mengelilingi matahari,… Peristiwa bumi+bulan mengelilingi matahari mengarah pada perhitungan tahun masehi (teori heliosentris). jadi  tidak ada hubungannya dengan persoalan cahaya (demi matahari dan cahayanya….tidak setara/sejalan dengan …”dan bulan bila mengiringinya)
Sementara pada teori geosentris, demi matahari dan cahanya, lalu bulan mengiringinya, maka hal ini bisa menjelaskan mekanisme terjadinya MANZILAH pada bulan, karena tidak mungkin terjadi manzilah kalau bulan tidak mengiringi matahari, sementara itu mekanisme manzilah berhubungan dengan KUANTITAS CAHAYA matahari yang dipantulkan bulan. Dengan demikian kesetaraan kata pada ayat “demi matahari dan cahayanya dan bulan bila mengiringinya” menjadi sejalan.
f.     Baik saya akan menjelaskan mekanisme terjadinya manzilah pada bulan….
Terjadinya manzilah pada bulan BISA dijelaskan berdasarkan teori GEOsentris maupun heliosentris.  Secara pribadi, lebih mudah menjelaskannya dengan teori GEOsentris, karena begitulah yang tampak dari bumi, yaitu bulan dan matahari bergerak ke arah barat.…..
-       Bagaimana mekanismenya terjadinya manzilah pada bulan berdasarkan teori GEOsentris,?
Pada teori geosentris, bumi diam, sementara bulan dan matahari yang bergerak mengelilingi bumi…
·         Mari kita mengambil patokan pada proses terjadinya HILAL. 
Semua sepakat bahwa proses terjadinya HILAL, pasti didahului oleh peristiwa IJTIMA (bumi-bulan-matahari) berada pada garis lurus. (catatan : teori geosentris : matahari lebih cepat pergerakannya dari pada bulan, dimana setiap hari, secara teori bulan terlambat selama 51 menit).
Perhatikan : Terjadinya hilal, bila matahari sudah bergeser dari posisi ijtima, sehingga dikatakan bahwa syarat terbentuknya hilal, yaitu matahari harus terbenam duluan dibandingkan dengan bulan,… karena bulan baru akan menghasilkan pantulan cahaya, bila posisi bumi-bulan-matahari sudah membentuk segitiga, dan ini terjadi bila matahari sudahmendahului bulan ketika terbenam.
Selanjutnya, karena dalam pergerakannya, bulan terlambat ± 51 menit, maka pada jam yang sama malam berikutnya, ukuran bulan semakin besar, karena bentuk SEGITIGA bulan semakin besar, dan pada hari ke 7-8 (secara kasar 15 bagi 2), bentuk bulan menjadi setengah bola, dan posisi (bm-bl-M), membentuk segitiga siku-siku, begitu seterusnya hingga menjadi PURNAMA, tetapi posisi ketiganya sudah berubah, yaitu “bulan-bumi matahari” , dimana bumi di tengah. Dan seterusnya kembali mengecil sampai terjadinya posis ijtima, semua ini terjadi karena kecepatan pergerakan bulan dan matahari dalam mengelilingi bumi tidak sama.

-       Bagaimana teori Heliosentris :
Pada teori heliosentris, matahari diam, sementara bumi berotasi dari barat ke timur dan konsekuensinya, bulan harus mengelilingi bumi juga menuju ke timur,
Pada teori heliosentris, istilah matahari terbenam, merupakan kejadian yang semu, karena dalam posisi ini, matahari diam (terlepas dari matahari mangelilingi pusat galaxy), hanya yang bergerak adalah bulan dan bumi, artinya ketika matahari terbenam, bumi berputar pada porosnya ke timur, diikuti oleh bulan, hanya saja kecepatan rotasi bumi lebih cepat dari pada kecepatan bulan mengelilingi bumi.
Bagaimana mekanismenya?
Patokan tetap pada peristiwa hilal :
Setelah terjadi posisi ijtima, bumi berputar ke arah timur, diikuti oleh bulan yang juga berputar ke timur, sehingga ketika terbentuk segitiga antara bm-bl-m, terbentuklah hilal (walaupun belum tentu hilal terlihat di bumi),  demikian seterusnya hingga terjadinya bulan nampak ½ bola, lalu pada hari ke 15, purnama, (m-bl-bm) dan akhirnya kembali menjadi “tandan tua”. Demikianlah penjelasan terjadinya manzilah bulan pada teori heoliosentris…..
Jadi kedua teori tersebut dapat menerangkan peristiwa terjadinya manzilah pada bulan, dengan demikian teori GEOSENTRIS pun dapat menjelaskan tentang perhitungan tahun….
Beberapa CATATAN:
·         Pertanyaan : Kenapa Bulan Purnama (dan bulan gelap) pemunculannya hanya sekali dalam satu periode bulanan. Padahal kalau matahari mengelilingi bumi 1x24 jam dan bumi diam saja ditempatnya, seharusnya setiap malam muncul bulan purnama….
Ingat bahwa bulan juga bergerak dengan arah yang sama (barat) pada kecepatan yang hampir sama, cuma berbeda ±51 menit saja, tentu tdk mungkin terjadi purnama terus menerus, perbedaan kecepatan sebesar 51 menit itulah yang menyebabkan terjadinya manzilah. Jadi pada teori GEOsentris, revolusi bulan 24 jam 51 menit,.
·         Kenapa cara terbit matahari dan bulan tidak sama dan bukannya muncul dari timur lalu terbenam di barat?
Pada teori geosentris, karena bulan berputar dari timur ke barat, maka tentu bulanpun sebenarnya tetap muncul dari arah timur, cuma karena terhalang oleh terangnya matahari, sehingga tidak kelihatan.  Siapakah yang pernah melihat posisi ijtima?, Pada hari terjadinya hilal, ijtima terjadi sekitar jam 8 pagi – 4 sore, (sehingga ada syarat bahwa hilal baru akan terlihat bila umur bulan setelah ijtima adalah 8 jam) artinya bulan tetap muncul pada pagi hari sebelah timur, tetapi tidak disebut terbit, karena tidak kelihatan dan ingat bahwa pada peristiwa ijtima, tdk ada pantulan cahaya matahari karena ketiganya dalam posisi lurus, nantilah pada waktu magrib dan muncul hilal, baru dikatakan terbit, karena terlihat hilal. 
Pada teori HELIOsentris, tidak mungkin bulan muncul dari timur, karena dia sendiri bergerak ke timur, mengikuti rotasi bumi, sehingga istilah terbit (semu), nanti jika terlihat cahaya bulan.
·         Adapun pergerakan semu matahari yang pada bulan desember berada di selatan dan pada bulan juli di utara, masing-masing bisa diterangkan dengan kedua teori tersebut, Tentunya pada teori geosentris, mataharilah yang bergeser ke utara selatan, sementara pada teori heliosentris, maka bumi yang bergeser.
·         Demikian juga halnya terjadinya gerhana matahari ataupun gerhana bulan, tentulah akan berbeda-beda setiap waktu dan tempat, karena antara bulan dan matahari keduanya bergerak,
·         Adapun posisi rasi bintang, bisakah dijelaskan dengan perinsip bumi tidak bergerak??  Bisa…. Itu menunjukkah bahwa gugusan bintang tersebut juga gerakannya beredar…. sehingga bisa dilihat oleh semua manusia…..
·         Adapun makna RAWASIYA, bisa saja bermakna ganda, dalam konteks tertentu berarti gaya atau medan magnet, dan pada ayat lainnya berarti gunung…..

Beberapa ayat yang menyebutkan kata “rawasiya”
-       QS Fushilat : 10, Dan Dia menciptakan di bumi itu rawasiya yang kokoh dari atasnya….
-       QS Mursalat : 27 : Dan Kami jadikan padanya Rawasiya yang tinggi dan kami beri minum dengan air yang tawar…..
-       QS Qaf : 7, Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya rawasiya
-       QS Ar Ra’d : 3, Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan rawasiya dan sungai-sungai……
-       QS An Naml : 21, Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya dan menjadikan padanya gunung-gunung…
-       QS An Nahl : 15, dan Dia menciptakan rawasiya di bumi yang kokoh supaya bumi itu tidak goncang bersama mereka …..
-       QS Luqman : 10, Dia menciptakan langit tanpa tiang,…. Dan dia meletakkan rawasiya di bumi supaya bumi tdk goncang….
-       QS Al Hijr : 19, dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya rawasiya…

Dari ayat di atas, berdasarkan teori kesetaraan kata, maka makna RAWASIYA lebih banyak menunjukkan GUNUNG, misalnya ar Ra’du 3 & an Naml 21, rawasiya (gunung) digandengkan dengan sungai-sungai, Mursalat 27, digandengkan dengan “mata air”, (bukankan pegunungan umumnya sebagai sumber mata air yang segar), sementara itu kata Al JIBAL, yang memang artinya gunung, dipergunakan untuk menunjukkan bahwa GUNUNG difungsikan sebagai PASAK (An Naba : 7) yang dipancangkan dengan teguh (An Naziat : 7) ini pun sejalan dengan makna rawasiya yang fungsinya “MENGOKOHKAN” bumi, yaitu pada ayat Fushilat 10, an Nahl 15 dan Luqman 10.

Sehubungan dengan makna al Jibal, kita ketahui bahwa bumi ini terdiri atas beberapa lempeng yang terpisah, dimana kalau terjadi pergeseran maka akan terjadi gempa, nah, untuk menstabilkan bumi agar tidak goncang, maka dipancangkan gunung sebagai pasak.
B.  Dalil dari HADITS Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam
1.    Hadits Abu Dzar radiallahu anhu ;
Ringkasan haditsnya bahwa Matahari diperintahkan untuk terbit, kemudian beredar di bawah Arsy, demikian seterusnya sampai diperintahkan untuk terbit dari sebelah barat….(HR Bukhari Muslim). 
Ya.. memang hadits ini TIDAK menyebutkan secara langsung  bahwa matahari mengelilingi bumi, tetapi perlu dicermati bahwa matahari DIPERINTAHKAN untuk terbit, dan kita melihatnya  terbit di sebelah timur dan berjalan ke barat lalu diperintahkan untuk terbit lagi….. ini jelas menunjukkan adanya siklus perputaran, dan itu dilakukan oleh matahari, ya tentu saja terhadap bumi. 
Jadi hadits ini lebih mendukung teori geosentris
2.    Hadits Abu Hurairah radiallahu anhu
Ada seorang nabi dari kalangan bani Israel melakukan peperangan, lalu beliau berdoa : Ya Allah, tahanlah matahari, sampai akhirnya Allah swt memberinya kemenangan. (Bukhari Muslim),
Sangat jelas, bahwa matahari ditahan untuk tidak terbenam…..
Dari kedua hadits ini, apakah kita akan menafsirkan bahwa pengertian “matahari diperintahkan” mengandung makna bahwa sebenarnya “perintah” itu ditujukan kepada bumi (untuk berhenti berotasi)?.....
Kesimpulan :
1.    Al Quran menyebutkan bahwa matahari dan bulan mempunyai peredaran
2.    Tidak ada satu kata pun yang menyatakan bumi berotasi apalagi beredar
3.    Dalam Hadits Bukhari-Muslim disebutkan bahwa matahari diperintahkan untuk terbit dan diperintahkan untuk berhenti sejenak untuk tidak terbenam

Renungan :
·         Secara pribadi saya lebih memegang teori geosentris “Matahari mengelilingi bumi”, hanya saja saya masih memikirkan, karena perhitungan selama ini menggunakan teori heliosentris dan perhitungannya tepat….. namun ada kemungkinan bahwa perhitungan itu tidak terlalu berhubungan apakah matahari yang mengelilingi bumi atau sebaliknya, mengingat teori RELATIVITAS einstein, tidak memutlakkan hal itu.
·         Sekiranya kita tinggalkan teori heliosentris, maka konsekuensi hukumnya  tidak ada karena itu hanya pendapat manusia, tetapi sekiranya yang disebutkan dalam Al Quran itu secara eksplisit memang maknanya “matahari mengelilingi bumi”, maka hendaklah kita kuatir terhadap pemikran kita, jangan sampai kita tergolong orang yang mendustakan Al Quran, wallahu a’lam, semoga Allah memberikan hidayah, ilmu dan pemahaman kepada kita semua amiin..
·         Hadaanallaahu waiyaakum, Wallahu a’lam bishshowab