Innalhamdalillah…..
allahummashalli ala Muhammad wa ala ali Muhammad…
Tulisan ini adalah tanggapan atas tulisan Syamsu Alam Armadansa di http://koreksibuku.blogspot.com/
Dengan
mengharap pertolongan Allah swt, semoga diberikan ilmu dan kepahaman dalam
agama…. Amiin…
Dalam
Alquran memang tidak ada secara dhahir yang menyebutkan bahwa MATAHARI
MENGELILINGI BUMI (geosentris), …tetapi,
juga tidak ada yang menyebutkan BUMI MENGELILINGI MATAHARI (heliosentris)
dan tidak juga menyebutkan bahwa bumi BEREDAR.
Namun
kalau dicermati secara mendalam, dalam pandangan saya, lebih dekat pada
GEOSENTRIS….
A.
Dalil
dari Al Qura’an
a.
Sejauh
yang saya ketahui, dalam Al Quran, (dalam permasalahan ini) kata BUMI berpasangan dengan LANGIT, sementara MATAHARI
dengan BULAN…., Dalam teori kesetaraan kalimat, pengelompokan tersebut berdasarkan
pada kesamaannya. Dalam hal ini, bumi dan bulan sama-sama beredar, sementara
bumi dan langit sama-sama ditahan. Berangkali
kita semua sepakat bahwa LANGIT itu
tidak BERGERAK (diam) dan tidak beredar, sementara bumi kemungkinan diam, kemungkinan
juga bergerak, tapi dari segi teori kesetaraan kata, diduga bahwa bumi itu diam
sebagaimana langit. Sementara itu, pasangan “matahari-bulan” selalu disebutkan
bahwa keduanya bergerak (beredar), dan TIDAK ada satu ayatpun yang menyebutkan
BUMI BEREDAR…
Dalil dalam Al Quran yang digunakan
adalah :
QS Al Fathir (35) : 41
Sesungguhnya Allah MENAHAN (yumsiku)
langit dan bumi supaya TIDAK BERGESER……
Terlepas dari perbedaan penafsiran
kata “MENAHAN” dan “TIDAK BERGESER”, apakah maksudnya betul-betul DIAM, atau
sebelumnya bumi bergerak lalu ditahan, sehingga diam, atau bumi DITAHAN,
sehingga tidak BERGESER dari garis edarnya…..
Baik, perhatikanlah bahwa pada ayat di
atas, langit bergandengan dengan bumi. Jadi
jika ditafsirkan bahwa bumi sebelumnya bergerak lalu ditahan supaya diam, atau
makna menahan bumi berarti menjaga agar tidak melenceng dari garis edarnya? Bila titik tinjauan kita terhadap bumi, maka
jawabannya bisa ya juga bisa tidak, Nah bagaimana dengan langit?, Berdasarkan
teori kesetaraan kata, karena dalam ayat disebutkan Allah subhana wata’ala
menahan langit dan bumi, maka bagaimanakah penafsiran “menahan” langit?, apakah
menahan langit agar tidak jatuh ke bumi (karena
di ayat lain Allah swt menyebutkan langit tidak mempunyai tiang), karena tidak mungkin kita
mengatakan bahwa langit itu juga bergerak atau beredar, disamping memang tidak
ada ayat yang menyebutkan hal itu, teori astronomi pun tidak.
b.
Al
Quran menyebutkan bahwa matahari terbit dari timur dan terbenam di barat…
Kalau
dikatakan bahwa ayat tersebut tidak menunjukkan bahwa matahari yang
mengelilingi bumi, apa lagi lebih tidak menunjukkan bahwa bumi mengelilingi
matahari. Ok katakanlah itu
menunjukkan rotasi bumi, renungkanlah,
bahwa secara tersendiri, (terlepas dari dugaan), perkataan terbit kemudian
terbenam menunjukkan pergerakan, dan terlihat memang bahwa matahai bergerak.
Lantas atas dasar apa kita mengatakan bahwa yang berputar itu adalah bumi? Ya
tentu dasarnya teori astronomi yang kita pegang sekarang (heliosentris). Tetapi saya lebih cenderung berpandangan
bahwa ayat tersebut lebih condong pada teori geosentris, karena pada dasarnya
memang kita lihat (seakan-akan?) pergerakannya dari timur ke barat….fifty-fifty…
c.
Al
Quran menyebutkan bahwa yang mempunyai garis
edar hanya matahari dan bulan, sedangkan tidak satupun ayat yang menyebutkan
bahwa bumi itu beredar. Semua sependapat
bahwa bulan mengelilingi bumi, hanya permasalahannya, kemana peredaran
matahari?, dalam teori astronomi dikatakan bahwa matahari beredar mengelilingi
pusat galaksi….., namun anehnya, informasi tentang ini tidak banyak……
d. QS Al A’raf 24 : Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat,…. Ayat ini bisa diterapkan pada teori
geosentris, maupun heliosentris. Secara
bahasa, ayat di atas menunjukkan adanya “penutup” dan yang “tertutupi”. Kita
tinjau teori geosentris, Yang menyebabkan terjadinya siang, tentu matahari, dan
segera diikuti oleh malam yang menutupi siang.
Kata “diikuti menunjukkan adanya pergerakan. Yang mana yang bergerak ? matahari atau
bumi?.... karena malam mengikuti siang, berarti siang itulah yang bergerak
duluan, dan “tidak mungkin bagi malam mendahului siang” (Yasin 40), adanya
siang karena adanya matahari, maka mataharilah yang bergerak.. Karena bumi bulat serta siang dan malam
bergantian, kita simpulkan bahwa matahari menglilingi bumi, Ini dari sisi
geosentris.
Dari sisi heliosentris, tentu
menyatakan bumi yang berotasi… tetapi dari segi “psikologi bahasa”, istilah “menutupi”
bobotnya menjadi “berkurang”, karena seharusnya yang “menutupi” itu yang
bergerak, dan dalam posisi ini, bumi yang ditutupi, maka fenomena terjadinya
siang dan malam hanya menunjukkan rutinitas pergantian belaka, kurang kuat menunjukkan
adanya “kejar mengejar”.
e.
(QS Asy
Syams: 1-2). Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila
mengiringinya….
Yang ditekankan di sini adalah
“bulan mengiringi matahari….. perhatikan,! Semua sepakat bahwa bulan
mengelilingi bumi, lalu kemana perputaran matahari kalau pada saat yang sama
bulan MENGIRINGI matahari?, dari segi bahasa, arti kata “mengiringi” berbeda
dengan “mengelilingi”, karena mengiringi artinya mengikuti, sementara
mengelilingi artinya berputar, maka manakah yang lebih tepat “apakah bulan
mengelilingi matahari atau bulan mengiringi matahari?...
Ok, pada teori heliosentris, kalau
dikatakan bahwa bumi dan bulan sama-sama mengelilingi matahari, untuk
“mencocokkan” bahwa bulan mengiringi matahari, …. tetapi kalau kita
menganalisis dengan pendekatan teori kesetaraan kata, pergerakan bulan ini,
tidak langsung mengelilingi matahari, karena bulan adalah “ajudan” bumi sementara bumi mengelilingi matahari,… Peristiwa
bumi+bulan mengelilingi matahari mengarah pada perhitungan tahun masehi (teori
heliosentris). jadi tidak ada
hubungannya dengan persoalan cahaya (demi matahari dan cahayanya….tidak
setara/sejalan dengan …”dan bulan bila mengiringinya)
Sementara pada teori geosentris,
demi matahari dan cahanya, lalu bulan mengiringinya, maka hal ini bisa menjelaskan
mekanisme terjadinya MANZILAH pada bulan, karena tidak mungkin terjadi manzilah
kalau bulan tidak mengiringi matahari, sementara itu mekanisme manzilah
berhubungan dengan KUANTITAS CAHAYA matahari yang dipantulkan bulan. Dengan
demikian kesetaraan kata pada ayat “demi matahari dan cahayanya dan bulan bila
mengiringinya” menjadi sejalan.
f. Baik saya akan menjelaskan mekanisme terjadinya manzilah pada bulan….
Terjadinya manzilah pada bulan
BISA dijelaskan berdasarkan teori GEOsentris maupun heliosentris. Secara pribadi, lebih mudah menjelaskannya
dengan teori GEOsentris, karena begitulah yang tampak dari bumi, yaitu bulan
dan matahari bergerak ke arah barat.…..
- Bagaimana mekanismenya terjadinya manzilah pada bulan berdasarkan teori
GEOsentris,?
Pada teori geosentris, bumi diam,
sementara bulan dan matahari yang bergerak mengelilingi bumi…
·
Mari kita mengambil patokan pada
proses terjadinya HILAL.
Semua sepakat bahwa proses
terjadinya HILAL, pasti didahului oleh peristiwa IJTIMA (bumi-bulan-matahari)
berada pada garis lurus. (catatan : teori
geosentris : matahari lebih cepat pergerakannya dari pada bulan, dimana setiap
hari, secara teori bulan terlambat selama 51 menit).
Perhatikan : Terjadinya hilal,
bila matahari sudah bergeser dari posisi ijtima, sehingga dikatakan bahwa
syarat terbentuknya hilal, yaitu matahari harus terbenam duluan dibandingkan dengan
bulan,… karena bulan baru akan menghasilkan pantulan cahaya, bila posisi
bumi-bulan-matahari sudah membentuk segitiga, dan ini terjadi bila matahari
sudahmendahului bulan ketika terbenam.
Selanjutnya, karena dalam
pergerakannya, bulan terlambat ± 51 menit, maka pada jam yang sama malam
berikutnya, ukuran bulan semakin besar, karena bentuk SEGITIGA bulan semakin
besar, dan pada hari ke 7-8 (secara kasar 15 bagi 2), bentuk bulan menjadi
setengah bola, dan posisi (bm-bl-M), membentuk segitiga siku-siku, begitu
seterusnya hingga menjadi PURNAMA, tetapi posisi ketiganya sudah berubah, yaitu
“bulan-bumi matahari” , dimana bumi di tengah. Dan seterusnya kembali mengecil
sampai terjadinya posis ijtima, semua ini terjadi karena kecepatan pergerakan
bulan dan matahari dalam mengelilingi bumi tidak sama.
- Bagaimana teori Heliosentris :
Pada teori heliosentris, matahari diam, sementara bumi berotasi dari
barat ke timur dan konsekuensinya, bulan harus mengelilingi bumi juga menuju ke
timur,
Pada teori heliosentris, istilah matahari terbenam, merupakan kejadian
yang semu, karena dalam posisi ini, matahari diam (terlepas dari matahari
mangelilingi pusat galaxy), hanya yang bergerak adalah
bulan dan bumi, artinya ketika matahari terbenam, bumi berputar pada porosnya
ke timur, diikuti oleh bulan, hanya saja kecepatan rotasi bumi lebih cepat dari
pada kecepatan bulan mengelilingi bumi.
Bagaimana mekanismenya?
Patokan tetap pada peristiwa hilal :
Setelah terjadi posisi ijtima, bumi berputar ke arah timur, diikuti
oleh bulan yang juga berputar ke timur, sehingga ketika terbentuk segitiga
antara bm-bl-m, terbentuklah hilal (walaupun belum tentu hilal terlihat di
bumi), demikian seterusnya hingga
terjadinya bulan nampak ½ bola, lalu pada hari ke 15, purnama, (m-bl-bm) dan
akhirnya kembali menjadi “tandan tua”. Demikianlah penjelasan terjadinya manzilah
bulan pada teori heoliosentris…..
Jadi kedua teori tersebut dapat menerangkan peristiwa terjadinya
manzilah pada bulan, dengan demikian teori GEOSENTRIS pun dapat menjelaskan
tentang perhitungan tahun….
Beberapa CATATAN:
·
Pertanyaan : Kenapa
Bulan Purnama (dan bulan gelap) pemunculannya hanya sekali dalam satu periode
bulanan. Padahal kalau matahari mengelilingi bumi 1x24 jam dan bumi diam saja
ditempatnya, seharusnya setiap malam muncul bulan purnama….
Ingat
bahwa bulan juga bergerak dengan arah yang sama (barat) pada kecepatan yang hampir
sama, cuma berbeda ±51 menit saja, tentu tdk mungkin terjadi purnama terus
menerus, perbedaan kecepatan sebesar 51 menit itulah yang menyebabkan terjadinya
manzilah. Jadi pada teori GEOsentris, revolusi bulan 24 jam 51 menit,.
·
Kenapa cara terbit matahari dan bulan tidak
sama dan bukannya muncul dari timur lalu terbenam di barat?
Pada
teori geosentris, karena bulan berputar dari timur ke barat, maka tentu
bulanpun sebenarnya tetap muncul dari arah timur, cuma karena terhalang oleh
terangnya matahari, sehingga tidak kelihatan.
Siapakah yang pernah melihat posisi ijtima?, Pada hari terjadinya hilal,
ijtima terjadi sekitar jam 8 pagi – 4 sore, (sehingga
ada syarat bahwa hilal baru akan terlihat bila umur bulan setelah ijtima adalah
8 jam) artinya bulan tetap muncul pada pagi hari
sebelah timur, tetapi tidak disebut terbit, karena tidak kelihatan dan ingat
bahwa pada peristiwa ijtima, tdk ada pantulan cahaya matahari karena ketiganya
dalam posisi lurus, nantilah pada waktu magrib dan muncul hilal, baru dikatakan
terbit, karena terlihat hilal.
Pada
teori HELIOsentris, tidak mungkin bulan muncul dari timur, karena dia sendiri
bergerak ke timur, mengikuti rotasi bumi, sehingga istilah terbit (semu), nanti
jika terlihat cahaya bulan.
·
Adapun pergerakan semu matahari yang pada bulan
desember berada di selatan dan pada bulan juli di utara, masing-masing bisa
diterangkan dengan kedua teori tersebut, Tentunya pada teori geosentris,
mataharilah yang bergeser ke utara selatan, sementara pada teori heliosentris,
maka bumi yang bergeser.
·
Demikian juga halnya terjadinya gerhana
matahari ataupun gerhana bulan, tentulah akan berbeda-beda setiap waktu dan
tempat, karena antara bulan dan matahari keduanya bergerak,
·
Adapun posisi rasi bintang, bisakah dijelaskan
dengan perinsip bumi tidak bergerak??
Bisa…. Itu menunjukkah bahwa gugusan bintang tersebut juga gerakannya
beredar…. sehingga bisa dilihat oleh semua manusia…..
·
Adapun makna RAWASIYA, bisa saja
bermakna ganda, dalam konteks tertentu berarti gaya atau medan magnet, dan pada
ayat lainnya berarti gunung…..
Beberapa ayat yang menyebutkan
kata “rawasiya”
- QS Fushilat : 10, Dan Dia menciptakan di bumi itu rawasiya yang kokoh
dari atasnya….
- QS Mursalat : 27 : Dan Kami jadikan padanya Rawasiya yang tinggi dan
kami beri minum dengan air yang tawar…..
- QS Qaf : 7, Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya
rawasiya
- QS Ar Ra’d : 3, Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
rawasiya dan sungai-sungai……
- QS An Naml : 21, Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai
tempat berdiam dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya dan menjadikan
padanya gunung-gunung…
- QS An Nahl : 15, dan Dia menciptakan rawasiya di bumi yang kokoh supaya
bumi itu tidak goncang bersama mereka …..
- QS Luqman : 10, Dia menciptakan langit tanpa tiang,…. Dan dia
meletakkan rawasiya di bumi supaya bumi tdk goncang….
- QS Al Hijr : 19, dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan
padanya rawasiya…
Dari ayat di atas, berdasarkan
teori kesetaraan kata, maka makna RAWASIYA lebih banyak menunjukkan GUNUNG, misalnya
ar Ra’du 3 & an Naml 21, rawasiya (gunung) digandengkan dengan
sungai-sungai, Mursalat 27, digandengkan dengan “mata air”, (bukankan pegunungan umumnya
sebagai sumber mata air yang segar), sementara itu kata Al JIBAL, yang
memang artinya gunung, dipergunakan untuk menunjukkan bahwa GUNUNG difungsikan
sebagai PASAK (An Naba : 7) yang dipancangkan dengan teguh (An Naziat : 7) ini
pun sejalan dengan makna rawasiya yang fungsinya “MENGOKOHKAN” bumi, yaitu pada
ayat Fushilat 10, an Nahl 15 dan Luqman 10.
Sehubungan dengan makna al Jibal,
kita ketahui bahwa bumi ini terdiri atas beberapa lempeng yang terpisah, dimana
kalau terjadi pergeseran maka akan terjadi gempa, nah, untuk menstabilkan bumi
agar tidak goncang, maka dipancangkan gunung sebagai pasak.
B. Dalil dari HADITS Rasulullah
sallallahu alaihi wa sallam
1.
Hadits Abu Dzar radiallahu anhu ;
Ringkasan haditsnya bahwa Matahari diperintahkan untuk terbit, kemudian
beredar di bawah Arsy, demikian seterusnya sampai diperintahkan untuk terbit
dari sebelah barat….(HR Bukhari Muslim).
Ya.. memang hadits ini TIDAK menyebutkan secara langsung bahwa matahari mengelilingi bumi, tetapi perlu
dicermati bahwa matahari DIPERINTAHKAN untuk terbit, dan kita melihatnya terbit di sebelah timur dan berjalan ke barat
lalu diperintahkan untuk terbit lagi….. ini jelas menunjukkan adanya siklus
perputaran, dan itu dilakukan oleh matahari, ya tentu saja terhadap bumi.
Jadi hadits ini lebih mendukung teori geosentris
2.
Hadits Abu Hurairah radiallahu
anhu
Ada seorang nabi dari kalangan bani Israel melakukan peperangan, lalu
beliau berdoa : Ya Allah, tahanlah matahari, sampai akhirnya Allah swt memberinya
kemenangan. (Bukhari Muslim),
Sangat jelas, bahwa matahari ditahan untuk tidak terbenam…..
Dari kedua hadits ini, apakah kita akan menafsirkan bahwa pengertian
“matahari diperintahkan” mengandung makna bahwa sebenarnya “perintah” itu
ditujukan kepada bumi (untuk berhenti berotasi)?.....
Kesimpulan :
1.
Al
Quran menyebutkan bahwa matahari dan bulan mempunyai peredaran
2.
Tidak
ada satu kata pun yang menyatakan bumi berotasi apalagi beredar
3.
Dalam
Hadits Bukhari-Muslim disebutkan bahwa matahari diperintahkan untuk terbit dan
diperintahkan untuk berhenti sejenak untuk tidak terbenam
Renungan
:
·
Secara
pribadi saya lebih memegang teori geosentris “Matahari mengelilingi bumi”, hanya
saja saya masih memikirkan, karena perhitungan selama ini menggunakan teori
heliosentris dan perhitungannya tepat….. namun ada kemungkinan bahwa perhitungan
itu tidak terlalu berhubungan apakah matahari yang mengelilingi bumi atau
sebaliknya, mengingat teori RELATIVITAS einstein, tidak memutlakkan hal itu.
·
Sekiranya
kita tinggalkan teori heliosentris, maka konsekuensi hukumnya tidak ada karena itu hanya pendapat manusia,
tetapi sekiranya yang disebutkan dalam Al Quran itu secara eksplisit memang
maknanya “matahari mengelilingi bumi”, maka hendaklah kita kuatir terhadap
pemikran kita, jangan sampai kita tergolong orang yang mendustakan Al Quran,
wallahu a’lam, semoga Allah memberikan hidayah, ilmu dan pemahaman kepada kita
semua amiin..
·
Hadaanallaahu
waiyaakum, Wallahu a’lam bishshowab